Opera mengusung sistem antarmuka pengguna yang baru di versi teranyarnya. Pada versi tersebut, Opera menampilkan fitur newsfeed pada laman awal hingga membantu pengguna mendapatkan berita empat kali lebih cepat dari versi sebelumnya.
Kecerdasan buatan di mesin pencari berita Opera menggunakan intelligent ranking secara real time, didukung oleh pembelajaran mesin/machine learning (algoritma G.B.D.T.) dan deep learning (D.N.N. deep neural network/jaringan saraf dalam).
Jadi begitu pengguna mulai bersentuhan dengan konten berita, maka mesin ini akan mulai menyusun profil unik pengguna dengan mengumpulkan data-data, seperti kategori berita dan domain yang diklik.
Mesin pencari berita ini kemudian akan menganalisis minat pengguna melalui model deep learning, yang dapat memahami berita yang disukai atau sering dibuka oleh pengguna. Semakin sering pengguna membuka newsfeed, semakin sesuai pula konten yang ada dalam bagian “For You”.
Kecerdasan buatan dalam mesin pencari berita Opera juga menyertakan masukan (feedback) dari tim editorial lokal karena kecerdasan buatan dalam mesin pencari berita ini baru berumur satu tahun dan tergolong muda. Di sini, tim editorial akan memonitor tampilan berita yang dihasilkan dengan bantuan kecerdasan buatan. Walhasil berita tidak benar atau hoax dapat terindentifikasi dan dihapus secepat mungkin.
“Tujuan utama kami adalah agar seluruh pengguna memiliki kesempatan untuk mendapatkan berita sesuai dengan minat mereka masing-masing, yang tentunya terus berubah,“ kata Cuautemoc Weber (Head of Global Accounts & Content, Opera Software).
Hingga saat ini, mesin pencari berita Opera yang dilengkapi kecerdasan buatan mampu mengolah dan menampilkan berita dari beberapa negara tertentu, seperti: Ghana, Kenya, India, Indonesia, Nigeria, Afrika Selatan, Tanzania dan Amerika Serikat. Dalam waktu dekat, juga akan tersedia di Rusia, Pakistan dan Bangladesh.