Menurut kajian yang dilakukan oleh Microsoft dan National University of Singapore (NUS), perangkat lunak ilegal juga memiliki peran dalam menyebarkan ancaman sekuriti. Para penjahat dunia siber ini akan memanfaatkan aneka perangkat lunak ilegal ini untuk menyebarkan malware. Akibatnya, pengguna perangkat lunak ilegal ini akan rentan terkena serangan malware dan aneka ancaman lainnya.
Dalam penjelasan atas hasil kajian ini, Dr. Biplab Sikdar (Associate Professor, Departement of Electrical & Computer Engineering NUS) menyatakan bahwa sebanyak 92 persen dari laptop baru dan tidak pernah dipakai yang memasang perangkat lunak ilegal sudah tenfeksi malware. “Jadi, meskipun Anda memiliki laptop baru dan tidak menggunakannya, jangan menganggap Anda sudah aman dari ancaman sekuriti,” ujarnya.
Biplab menyatakan bahwa para penjahat akan menyebarkan malware via berbagai cara, salah satunya via DVD dan CD. Menurut kajian ini, sebanyak 61 persen DVD dan CD perangkat lunak bajakan dideteksi mengandung malware. Dari sebanyak 61 persen keping CD atau DVD ini, diketahui rata-rata mengandung setidaknya lima jenis malware. Bahkan menurut Biplab, beberapa CD atau DVD diketahui mengandung 38 malware.
Biplab juga menyatakan bahwa pola penyebaran malware ini biasanya menggunakan tiga cara. Cara pertama adalah memaketkan malware ini bersama perangkat lunak bajakan. Lalu, cara kedua yang biasanya dipakai adalah mengemasnya dalam sebuah file (misalnya setup.exe) yang akan bisa berjalan secara otomatis. Dan cara terakhir yang dipakai adalah menempelkan malware ini ke sebuah perkakas antimalware bajakan.
Untuk membantu pengguna agar terhindar dari serangan malware ini, Biplab menyatakan bahwa pengguna sebaiknya melakukan pembelian komputer via vendor terpercaya dan memiliki kredibilitas yang cukup baik. Selain itu, Biplab juga menyarankan pengguna agar memasang perangkat lunak yang asli (bukan yang bajakan atau ilegal). Selain itu, pengguna disarankan tidak menggunakan sistem operasi lawas yang tidak lagi didukung. Hal ini dimaksudkan agar pengguna tidak menjadi korban eksploitasi oleh para penjahat siber yang memanfaatkan aneka lubang sekuriti di sistem operasi lawas.