
Para ilmuwan dikabarkan sedang mengembangkan komputer pembaca pikiran. Komputer ini diklaim bisa menerjemahkan simbol-simbol yang dilihat pengguna via pemindaian aktivitas otaknya.
Komputer ini menurut para ahli akan melakukan pemindaian terhadap aktivitas otak pengguna. Setelah itu, komputer ini akan menggambar ulang simbol-simbol tersebut.
DGMM
Menurut para ahli yang terlibat dalam proyek tersebut, kemampuan komputer ini merupakan langkah maju menuju “koneksi telepati” antara otak manusia dan komputer. Para pengamat menyatakan bahwa jika bisa berfungsi dengan baik, kemampuan ini bisa diterapkan dalam Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI). FMRI sendiri selama ini hanya dipakai untuk melihat aktivitas pada bagian-bagian tertentu pada otak dengan tujuan untuk kepentingan penelitian.
Para ahli yang terlibat dalam proyek ini menyatakan bahwa algoritma telepati yang dipakai oleh sistem ini akan “membaca” otak pengguna untuk ikut melihat apa yang dilihat pengguna. Para ahli menyebut bahwa kemampuan ini mengandalkan machine learning, yang disebut Deep Generative Multiview Model (DGMM).
Dengan DGMM, para ahli akan memindai aktivitas di visual cortex (bagian otak yang mengolah data visual dari mata), untuk mengetahui apa yang dilihat mata pengguna. DGMM lalu akan menjalankan algoritma yang ditentukan untuk mengolah data yang didapat dari hasil pemindaian ini. Dalam percobaan, saat relawan melihat sebuah objek, sebuah pola 3D yang dibuat oleh bagian visual cortex otaknya lalu akan direkam menggunakan FMRI. Setelah itu, algoritma komputer akan menerjemahkan semua dan memetakannya untuk kemudian menghasilkan gambar
Para ahli menyatakan bahwa ini memang bukan penelitian pertama yang memanfaatkan komputer untuk mencoba menerjemahkan apa yang dipikirkan otak manusia. Namun para ahli ini mengklaim bahwa metode yang dipakai dalam penelitian ini tergolong paling akurat. Mereka menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena penelitian ini berfokus kepada visual cortex. Para ahli ini menyatakan bahwa menerjemahkan citra 3D yang dihasilkan oleh aktivitas visual cortex (dan mengubahnya menjadi data 2D yang bisa diolah komputer) merupakan kunci pokok penelitian ini. Karena itu, peran algoritma deep learning sangat penting untuk mendukung proses ini.
Penelitian ini memanfaatkan kajian sebelumnya dalam bidang yang sama. Dalam berbagai penelitian sebelumnya, sejumlah besar data dikumpulkan setiap waktu. Dengan cara ini, para ilmuwan akan bisa mengarahkan algoritma deep-learning berdasarkan berbagai sampel dan data yang didapat.
Diklaim Akurat
Para peneliti menyatakan bahwa beberapa sampel FMRI dipakai untuk menjalankan pengujian algoritmis. Dalam pengujian ini, para ahli akan meminta DGMM untuk “menebak” apa yang sedang dilihat seorang relawan saat proses pemindaian virtual cortex sedang berlangsung. Hasilnya, algoritma ini bisa menggambar tebakannya mendekati akurat. Menurut penuturan para pengamat, hasil algoritma ini mirip gambaran kabur terhadap objek aslinya.
Para pengamat menyatakan bahwa jika berfungsi nantinya, teknologi ini mungkin bisa dipakai oleh dunia iklan untuk melakukan “digital stalking”. Tujuannya, melihat iklan-iklan apa saja yang sering dilihat pengguna komputer atau smartphone. DGMM juga mungkin akan bisa dipakai untuk merekam mimpi manusia dan memutarnya kembali suatu saat sesuai keinginan atau kebutuhan.