
JAKARTA, PCplus – Di Jakarta, kita bisa dengan mudah menemukan ATM (anjungan tunai mandiri) dari berbagai bank. Baik di lokasi bank, atau di luar bank. Kamu yang punya kartu ATM jelas punya rekening di suatu bank. Dengan kata lain kamu adalah nasabah lembaga keuangan.
Namun menurut Direktur Program Elektronifikasi dan Inklusi Keuangan Bank Indonesia Pungky Purnomo Wibowo dalam ajang BankTechAsia 16 di Jakarta (24/8/2016), hanya 20% dari 250 miliar penduduk Indonesia yang punya rekening di bank. Mereka yang belum punya akses ke lembaga keuangan formal mencapai 62 persen. Biasanya mereka ada di kota-kota kecil atau daerah pedesaan.
Mereka yang tidak punya rekening bank saat ini, kata Dr. Ted Marr (Executive Vice President, 3C Wireless), akan sulit bergerak. Mereka tidak bisa mengajukan pinjaman uang untuk membuka usaha atau menambah modal usahanya di bank atau lembaga keuangan formal. Tidak bisa mengakses asuransi, kredit, menerima kiriman uang dari luar negeri (remitansi) dari keluarganya yang bekerja di luar negeri.
Namun bagi perbankan, kalangan yang sehari-hari bertransaksi dengan uang tunai ini justru menjadi potensi besar untuk memperbesar pasar. Sayang membuka kantor cabang bank atau memasang ATM bukan urusan mudah dan murah. Ini menyangkut banyak hal, mulai dari sumberdaya manusia, infrastruktur keuangan dan juga teknologi di baliknya, regulasi dan produk finansial yang cocok. Ini, kata Marr, bisa dijawab dengan kebijakan, institusi keuangan, dan inovasi teknologi baru.
“Butuh pendekatan multi channel, yakni digital banking seperti metoda pembayaran mobile Alipay dari Alibaba atau Paypal. Di Indonesia ini masih kecil. Tapi semua digital banking pun harus dimulai dengan cara tradisional, ada rekening bank. Di daerah pedesaan, transaksinya campuran antara uang fisik dan digital. Namun kantor cabang fisik dan ATM adalah krusial dan tidak bisa ditiadakan. Komunikasi menjadi jantung dari teknologi. Harus handal, aman, efisien, dan efektif biaya,” jelas Marr.
Karena cabang bank dan ATM fisik tetap harus ada, 3C Wireless menawarkan solusi nirkabel 3CSN (3C Secure Network) yang menggunakan multi-carrier. “Ini adalah solusi ujung-ke-ujung dari ATM bank. Bisa di-deploy dalam hitungan menit. Menggunakan semua operator besar yang ada: Indosat, Telkomsel,XL. Dengan teknologi nirkabel, semua perangkat bisa dipakai. Bisa monitor jaringan, ATM, pindah langsung antar operator telekomunikasi,” jelas Mark Gamon (Founder & Managing Director, 3C Wireless).
“Kalau pakai koneksi VSAT dan leased line, pemasangan ATM perlu waktu lama. Sekitar 1 bulan, dan mahal. Pakai 3C cuma perlu beberapa menit. Bank bisa deploy ATM lebih cepat dan mudah di mana saja. Konsumen dapat ATM dengan servis yang sama,” tambah Robert Huddleton (Chief Technology Officer, 3C Wireless).
Menurut Huddleton, koneksi VSAT dan leased line punya kelemahan dibandingkan wireless. “Kecepatannya lambat, 64Kbps. Mahal karena perlu pasang piringan satelit yang besar,” kata Huddleton. “Teknologi mobile, 4G bisa lebih cepat, sampai 100x”.
“VSAT tidak bisa merangkul teknologi baru seperti 4G.Teknologi VSAT juga sudah tidak berkembang lagi,” tambah Gamon.
Salah satu bank yang sudah memanfaatkan solusi 3CSN, ungkap Gamon, adalah bank Muamalat. Bank yang memiliki 350 kantor cabang di seluruh Indonesia dan satu di Kuala Lumpur, Malaysia itu sudah mengujicobakan layanan mobile ATM-nya di Papua dan Sulawesi. “ATM-nya ada di mobil van yang datang pagi-pagi ke pasar,” terangnya.