
JAKARTA, PCplus – Cloud sedang naik daun di Indonesia. Banyak perusahaan ingin menerapkan cloud computing yang disebut-sebut efisien biaya operasional itu, tak hanya untuk storage tapi juga untuk aplikasi (SaaS – software as a service). Pasar cloud computing di tanah air, menurut Frost & Sullivan, mencapai US$ 31,4 juta.
Indonesia pun, menurut lembaga survei Nielsen, kini menjadi pasar mobile terbesar keempat di dunia. Pasar pelanggan mobile-nya besar, lebih dari US$ 278 juta.
Pengguna Facebook di Indonesia juga banyak, 29 juta. Sebesar 11 juta di antaranya ada di Jakarta. Sementara pengguna LinkedIn dari Indonesia tercatat 1,3 juta.
Alhasil, Indonesia dengan jumlah populasi yang berkisar 220 juta itu menjadi incaran banyak perusahaan. Tak terkecuali Acumatica yang menawarkan cloud ERP (enterprise resources planning) dengan jajaran produk inti manajemen finansial, manajemen distribusi, akunting project, manajemen kustomer, payroll dan manufakturing.
Bahkan Acumatica secara spesifik sudah menargetkan manufakturing (dan juga trading) sebagai bidang yang digarapnya di tanah air. Bermitra dengan JAAS Systems yang berdiri tahun 1999, Acumatica sudah memiliki proyek cloud ERP di beberapa perusahaan di tanah air dan Asia. Penggunanya antara lain produsen minuman Calpis, produsen roti Yamazaki, produsen karoseri bis Rahayu Sentosa, dan importir dan eksportir fast moving consumer goods PT Classic ExportIndo.
“Acumatica membantu perusahaan, mengakomodir perusahaan dalam melakukan aktivitas. Tidak harus manual lagi sehingga seluruh informasi bisa terkoneksi dan ada dalam satu report,” jelas Kristian Harianja (Partner Enablement Manager, JAAS Systems) dalam jumpa pers di Jakarta (21/10/2015).
Di perusahaan roti Yamazaki contohnya, kini semua aktvitas mulai dari bahan baku, produksi, barang jadi sampai pengiriman ke kustomer dikelola dengan Acumatica. “Seluruh orang terlibat beraktivitas sehingga bisa menghasilkan laporan laba rugi. Tidak hanya monitoring,” terang Kristian.
Sementara di perusahaan karoseri bis Rahayu Sentosa, Acumatica digunakan agar perusahaan bisa melihat semua tahapan produksi dan biaya yang sudah dikeluarkan, juga untuk mengetahui kapan badan bis selesai dikerjakan.
Menurut Laurent Dedenis (President, International Operations, Acumatica Pte Ltd), produknya tidak memiliki keterbatasan infrastruktur karena bisa beroperasi di private cloud maupun hybrid cloud, serta melibatkan semua orang, dan mudah dipakai. Lisensi produknya tidak didasarkan pada jumlah pengguna yang bisa ribuan, tapi pada computing power. “Maksimal 16 core. Kalau di Indonesia rata-rata 4 – 8 core,” katanya.
O ya selain manufakturing, Acumatica juga menyasar perusahaan supply chain management, logistik, retail (food & beverages), trading (distribution), maupun energi.