Persaingan usaha makin ketat saat ini. Produk dan layanan terbaik haruslah selalu disajikan. Namun tanpa sumberdaya yang berkualitas, semua itu tak akan tercapai.
Sayangnya sumberdaya yang berkualitas tidak mudah didapat. Mereka justru menjadi rebutan banyak perusahaan. Karena itu, HR (human resources atau SDM – sumberdaya manusia) perlu berusaha keras menjaga semua karyawannya. Namun apakah bagian HR sendiri sudah siap menuju era modern? Pimpinan HR perlu bertanya apakah mereka memberikan cukup perhatian untuk menyiapkan bagian HR menuju era modern?
Akuisisi, peluncuran produk baru, dan pasar serta geografi baru, semuanya menciptakan lingkungan yang menarik dan juga menantang bagi bagian HR. Perusahaan terus berevolusi saat mereka mendorong inovasi dan pertumbuhan.
Untuk mengatur ulang fokus bagian HR di era pertumbuhan baru ini, kita perlu bergerak dari cara tradisional untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Kebutuhan ini termasuk juga pandangan ke tenaga kerja, alat dan kebijakan yang mendorong kolaborasi, aplikasi yang menarik dan mobile, serta wawasan yang memungkinkan manajemen untuk memprediksi dampak bisnis yang dihasilkan HR modern.
Berikut adalah 10 saran dari Moon Won (Applications ASEAN Vice President, Oracle) agar pimpinan HR bisa membentuk fondasi bagian HR yang modern:
1. Menyusun buku manual untuk mengatur kandidat
Tidak ada kata terlambat untuk memikirkan tenaga kerja yang ada saat ini dan di masa depan. Satu caranya adalah menyusun semacam buku manual yang memanfaatkan pertanyaan para karyawan tentang perusahaan dan mendokumentasikan aspek penting mengenai strategi bagian HR di perusahaan tersebut.
Jika para karyawan diberi perhatian yang cukup seperti perusahaan memperhatikan produk dan layanannya, perusahaan akan bisa meningkatkan pengalaman karyawan dan mempertahankan kandidat yang berkualitas.
2. Kenali karyawan seperti mengenali pelanggan
Beri dorongan pada karyawan untuk membuat profil internal sebagai cara untuk mengumpulkan informasi yang bisa digunakan untuk memperluas jaringan, kolaborasi, dan mengembangkan karier. Dengan akses ke data semacam ini, perusahaan akan mendapatkan wawasan yang bisa menentukan keputusan bisnis. Tim analitik khusus bisa menggabungkan data tenaga kerja dan data kandidat dengan data bisnis serta data keuangan, yang nantinya akan membentuk keputusan serta menyediakan visibilitas ke kinerja perusahaan.
3. Pekerjakan orang yang “menakutkan” di bagian HR
Tenaga analitik baru – disebut data scientist – memasukkan rasa penasaran dan pengetahuan bisnis untuk mengatur strategi HR yang baru. Mereka tidak mengerti Bahasa HR. Mereka justru menanyakan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’. Di mana menemukan orang seperti ini? Lihatlah bagian lain di perusahaan, seperti bagian keuangan, pengembangan produk, atau bahkan bagian pemasaran. Dengan tenaga analitik yang tepat dan basis data yang dipenuhi informasi tidak terstruktur, pimpinan HR akan lebih siap dalam mengubah bagiannya menjadi fungsi bisnis strategis yang mendorong pertumbuhan perusahaan.
4. Berikan pengalaman yang dipersonalisasi
Mempertahankan dan mendapatkan tenaga kerja terbaik tidaklah mudah. Ada sejumlah sumber untuk membantu perusahaan mengembangkan pengalaman karyawan. Mendengarkan dan memahami media sosial, memanfaatkan komunitas khusus untuk merekrut kandidat baru, alat yang lebih baik untuk berkolaborasi dan bekerja secara mobile, paket kompensasi yang dikostumisasi, serta gaya kerja yang fleksibek, hanyalah beberapa contoh cara untuk memberikan pengalaman karyawan yang lebih baik lagi.
5. Membawa budaya kolaboratif di tempat kerja
Aplikasi sosial dan teknologi untuk berkolaborasi telah mengubah cara kerja dan hidup kita. Saat diterapkan di tempat kerja, teknologi yang sama bisa memperbaiki komunikasi dan meningkatkan produktivitas. Akan ada lebih banyak pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja. Kolaborasi menciptakan adanya jaringan yang menghasilkan kontribusi lebih besar ke perusahaan. Pimpinan HR yang mendukung kolaborasi seperti ini akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
6. Merekrut untuk inovasi yang berkelanjutan
Pencari kerja di masa kini punya beragam channel sosial untuk mencari pekerjaan yang cocok, dari LinkedIn, Facebook, sampai Twitter. Bagian HR bisa memanfaatkan tren ini dengan berpartisipasi di channel tersebut untuk mendekati kandidat yang diincar.
Selain jaringan sosial, alat ranking yang prediktif dapat membantu bagian HR mengotomatisasi proses penerimaan, sementara basis data kandidat yang sesuai memungkinkan perusahaan mengatur hubungan dengan kandidat. Strategi perekrutan yang strategis ini akan memberikan kamu kesempatan masuk ke dalam kolam yang lebih besar berisi kandidat berkualitas, membangun hubungan yang lebih kuat dengan pencari kerja, dan lebih efisien dari segi biaya.
7. Berikan kesempatan belajar
Bagaimana kamu bisa memberikan pelajaran yang berkelanjutan untuk generasi millennial dan pekerja yang sangat mobile? Josh Bersin dari Deloitte berkata, “Perluaslah cara belajar dengan memasukkan konten, kolaborasi, dan program dalam penawaran yang mudah dimengerti, yang akan membantu karyawan untuk belajar, berbagai informasi, dan membagi pengalaman.”
8. Memikirkan ulang manajemen kinerja
Di tempat kerja yang berorientasi pada hasil, kerjasama tim menjadi penting. Saat perilaku karyawan dan manajer dihubungkan, itu bukan hanya penting bagi perusahaan, namun juga bagi pelanggan dan rekan bisnis. Dengan begitu, bagian HR menjadi pendorong untuk keberhasilan bisnis. Bagian HR membutuhkan manajemen kinerja yang mengenali pergeseran ini dan mengevaluasi kinerja berdasarkan pengukuran kerja aktual yang dihubungkan ke hasil bisnis.
9. Menjadi global
Saat kolam karyawan menyusut dan persaingan semakin sengit, bagian HR akan menjadi fungsi bisnis yang semakin mengglobal. Perusahaan meluas secara operasional menjadi geografi baru dan memindahkan kandidat ke negara lain, untuk mengisi kebutuhan karyawan di wilayah. Fondasi teknologi HR yang efektif dan mengglobal bisa membantu memenuhi kebutuhan ini, sementara mengontrol biaya operasional HR.
10. Beralih ke cloud
Sebagai bagian dari menuju HR modern, karyawan perlu diberi akses ke aplikasi HR yang relevan, dipersonalisasi, dan dapat diakses di perangkat pilihan mereka. Cara terbaik untuk menerapkan dan mendukung kemampuan ini adalah melalui cloud.
Sistem manajemen HR di cloud membutuhkan sepertiga dari jumlah total staf jika diterapkan solusi on premise, menurut CedarCrestone. Waktu penerapan juga lebih cepat jika solusinya dijalankan di cloud.