
JAKARTA, PCplus – Enak ya kalau kota yang kita tinggali aman, dan jalan-jalannya tidak macet tak bergerak sepanjang waktu? Hanya bisa dinikmati di kota kecil yang penduduknya sedikit? Ah sebenarnya tidak juga.
Justru kota besar atau metropolitan yang padat penduduk, dan masih terus bertambah penduduknya seperti Jakarta bisa mewujudkan konsep kota yang aman (safe city), yang merupakan bagian dari sebuah kota pintar (smart city). Sebab di kota seperti itu biasanya sudah ada infrastruktur yang dibutuhkan (baca: menjadi fondasi) untuk membangun safe city. Begitu tutur Mohamad Rosidi (GM, Solution Consulting, Huawei) dalam media briefing di Jakarta (15/4/2015).
Untuk membuat sebuah kota aman, di kota itu harus sudah ada infrastruktur, seperti jaringan fiber optic, wireless (Wi-Fi), LTE, DSL, telepon. Sebab, segala sesuatunya terintegrasi dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Karakter kota pintar sendiri, jelas Rosidi, mencakup pengawasan melalui video (video surveillance), e-government, smart home dan e-transportation.
Perlindungan, reaksi yang cepat dan solusi masalah yang efisien menjadi kunci sukses penerapan kota aman. Video surveillance adalah tulang punggungnya. Semua kejadian bisa dilihat sebelum, saat dan setelah berlangsung. “Delay video tidak lebih dari 50ms, hampir real time,” kata Rosidi.
Untuk mewujudkan kota yang aman, pintar, Huawei menawarkan solusi yang terdiri dari 7 komponen. Ketujuhnya adalah intelligent video surveillance, intelligent transportation system, dedicated public security Information network, emergency command & dispatch center, eLTE broadband trunking system, mobile policing terminals & emergency command vehicles dan video cloud storage.
Salah satu contoh penerapan itu, ungkap Rosidi, bisa dilihat di Bandung saat penyelenggaraan peringatan KAA (Konferensi Asia Afrika) 2015. Bekerjasama dengan PT Pins Indonesia, anak perusahaan Telkom Indonesia, Huawei menyediakan solusi infrastruktur safe city. Puluhan HD camera dipasang sepanjang jalan dari bandara udara menuju lokasi KAA untuk menyediakan video surveillance, show case videoconference dan emergency command & dispatch center. “Koneksinya lewat fiber optik Telkom,” kata Rosidi.
Selain Bandung, menurut Rosidi, banyak kota di tanah air yang bisa menuju kota yang aman, kota pintar. Banyuwangi, Kendari misalnya. Begitu pula Surabaya, Makassar dan Jakarta.
Huawei sendiri sudah membantu pengamanan kota di lebih dari 100 kota di 30 negara, antara lain Nanjing (Tiongkok) dan Kenya.