
Gaung Google Glass yang sempat ramai diperbincangkan pada beberapa waktu lalu kini mulai surut. Memang sejak diperkenalkan pada ajang Google I/O pada Mei 2013 lalu, Google Glass langsung menarik perhatian publik. Sempat diberitakan akan diluncurkan ke publik pada awal 2014, nyatanya Google sempat menjadwal ulang guna mempersiapkan segala kendala yang ada.
Kini setelah hadir, ternyata popularitasnya malah menurun. Bahkan beberapa pengembang yang awalnya tertarik ikut dalam proyek tersebut, kini mulai meninggalkan proyek tersebut dan lebih memilih beralih ke wearable device lain. Apa yang menjadi penyebabnya? Berikut beberapa diantaranya:
Terlalu mahal

Saat ini Google Glass dijual dengan harga US$1500 atau sekitar Rp 18 juta. Untuk sebuah kacamata pintar yang memiliki kemampuan terbatas, harga tersebut tentu membuat konsumen berpikir beberapa kali untuk memilikinya. Apalagi dengan hadirnya smartwatch yang memiliki fitur tidak kalah inovatif ditawarkan dengan harga yang jauh lebih terjangkau membuatnya lebih diminati dibanding Google Glass.
Tidak banyak aplikasi pendukung
Saat ini masih sedikit aplikasi pendukung. Tentu saja menjadi kendala bagi mereka ingin langsung menggunakannya. Apalagi saat ini beberapa pengembang mulai meninggalkan proyek Google Glass dan beralih ke wearable device lain yang lebih menjanjikan. Dan walaupun nantinya aplikasi banyak bermunculan, pengguna tetap tidak bisa menampilkannya secara bersamaan dalam jumlah banyak karena user interface-nya memiliki keterbatasan.
Daya tahan baterai tidak lama

Bagi mereka yang ingin menggunakan Google Glass untuk merekam video pasti tidak akan menyukai hal ini. Mereka yang sudah mencobanya mengatakan bahwa proses merekam video membuat baterai hanya bertahan sampai 45 menit saja. Apalagi Google banyak menambahkan fitur yang bakal menguras daya tahan baterai seperti koneksi WiFi dan lainnya.
Fungsi yang terbatas
Tidak seperti smartphone atau tablet, Google Glass memiliki fungsi yang lebih sedikit. Google Glass mungkin bisa menggantikan sebuah kamera digital, namun smartphone telah lebih dulu bisa melakukan hal itu. Nantinya Google Glass hanya akan menjadi sebuah produk mahal yang memiliki kemampuan tidak seperti dua gadget tadi.
Kamera yang bisa membuat orang takut

Saat bertatap muka dengan orang yang menggunakan Google Glass, akan muncul kekuatiran bahwa lawan bicara tersebut ada kemungkinan akan merekam atau mengambil foto secara diam-diam. Tentu saja hal ini tidak nyaman dan membuat orang akan cenderung untuk menghindari mereka.
Bisa membuat sakit kepala
Bagi yang belum terbiasa, menggunakan Google Glass bisa membuat sakit kepala atau pusing. Pengguna harus sering berganti fokus penglihatan, antara dunia nyata dan tampilan yang ada di layar. Apalagi jika berpapasan dengan obyek yang terlalu dekat.
Tidak bisa dilipat

Tidak seperti kacamata biasa dimana gagangnya bisa dilipat sehingga lebih mudah dimasukkan kantung atau dibawa, Google Glass memiliki gagang yang tidak bisa dilipat sehingga lebih sulit dibawa atau ditempatkan secara praktis. Beberapa bagian yang sensitif bahkan rentan untuk disentuh. Google memang telah menyediakan box sebagai penyimpanan namun fisiknya terbilang besar.
Pesan lewat suara agak susah
Meski tujuannya untuk mempermudah, namun nyatanya malah lebih merepotkan. Pengucapan kata atau kalimat mesti disampaikan secara pelan, jelas, dan tidak terdapat suara gaduh di kondisi sekitar. Jika Google Glass salah menampilkannya, pengguna mesti mengulang seluruh pesan dari awal.