JAKARTA, PCplus – Di dunia maya, kamu bisa menemukan cukup banyak situs berisi informasi kesehatan, termasuk yang dikelola dokter. Selain itu ada juga situs yang menampilkan jurnal kesehatan terbaru dan informasi medis terbaru lainnya. Yang seperti ini biasanya ditujukan pada kalangan tenaga profesional kesehatan seperti dokter perawat, apoteker, dan bidan, agar mereka bisa meng-update pengetahuannya. Maklum mereka harus terus belajar seumur hidupnya.
Sayangnya, begitu ungkap dr. Dante Saksono Herbuwono SpPD-KEMD, PhD (Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI), memperoleh publikasi terbaru dari situs khusus kesehatan terpercaya seperti ScienceDirect misalnya, tidaklah murah. “(akses untuk) Satu artikel 100 dolar. Lima artikel sama dengan gaji dokter di daerah terpencil. Makanya kita (baca: sebagian dokter Indonesia) ketinggalan informasi dibandingkan negara-negara maju,” ungkap dr. Dante dalam acara jumpa pers dalam rangka peluncuran situs Univadis di Jakarta pekan lalu (22/5/2014).
Beruntunglah kini para dokter, perawat, bidan dan bahkan mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia tak usah lagi merogoh kocek untuk mengakses jurnal dan publikasi kesehatan terpercaya seperti The Lancet, JAMA, Springer, BMJ dan Pubmed. Mereka cukup mengklik univadis.co.id dan meregister dirinya tanpa bayar. Setelah itu mereka bisa mengakses segala publikasi yang tersedia di situs Univadis.
“Aksesnya gratis, dan tidak ada promosi produk di website ini. Murnia ilmiah,” terang Chris Tan (Director, Merck Sharp and Dohme (MSD) Indonesia) tentang situs besutan perusahaannya itu. Tan menjelaskan, Univadis diidesain khusus untuk mendukung profesional di bidang kesehatan, seperti dokter, perawat, dan bidan di seluruh dunia. Situs ini me-link ke beragam publikasi dan jurnal kesehatan dari 50 penerbit terkemuka di dunia. Selain jurnal dan artikel, tersedia pula video, anatomi 3D, dan koleksi CT Scan.
Univadis, tutur Tan, sudah lebih dulu tersedia di 40 negara lain, antara lain Austria, Canada, Tiongkok, Denmark, Jerman, Saudia Arabia, Inggris dan India sejak 3 tahun lalu. Namun untuk kawasan Asia Pasifik, Indonesia menjadi negara pertama yang mendapatkannya secara gratis.
“Target kami adalah memberikan informasi terkini untuk para praktisi kesehatan, dan meningkatkan derajat layanan kesehatan untuk masyarakat,” kata dr. Suria Nataatmadja (Medical Affair, MSD Indonesia).