JAKARTA, PCplus – Bagi yang belum tahu, tiket.com adalah biro perjalanan online yang menjual tiket KA, tiket pesawat, tiket konser, kamar hotel, dan juga menyewakan mobil. Saat ini, tiket.com memiliki sekitar 6000 pengguna terdaftar. Situs ini sukses menjual 1000 tiket konser Bruno Marz hanya dalam 7 jam, juga 5000 tiket konser BigBang (K-Pop) yang ludes dalam tempo hanya 10 menit. Serbuan pembeli yang melonjakkan trafik secara mendadak itu ternyata tidak membuat situs tiket.com down.
Apa rahasianya? Tiket.com menggunakan infrastruktur cloud IBM SoftLayer dengan mesin-mesin Bare Metal dan cloud provider di Singapura. Apa sih SoftLayer? Ini adalah public cloud provider yang diakuisisi IBM demi melengkapi portofolionya agar tidak hanya bermain di enterprise tapi juga di industri ritel. Ritel di sini berarti mereka yang membutuhkan kecepatan, dana terbatas, dan kebutuhan jangka pendek (project-based).
SoftLayer yang bekerja di platform x86 ini cukup ternama di luar sana. Ia dipakai antara lain oleh WhatsApp (yang baru saja dibeli Facebook), Path, Scribd, dan twitpic. Pesaing Amazon Web Services dan RackSpace ini menawarkan kesederhanaan operasi dan kebebasan memilih apa yang akan dipakai. Untuk restart mesin, kata Kurnia Wahyudi (Cloud Leader, IBM Indonesia) dalam diskusi meja bundar di Jakarta tadi siang (20/2/2014), bisa dilakukan dari mobile atau Web.
SoftLayer, tutur Natali Ardianto (Chief Technical Officer dan Co-Founder, tiket.com), dipakai tiket.com sejak beberapa tahun. Awalnya sih, mereka tidak pakai SoftLayer, tapi Amazon Web Services dengan Amazon load balancer. Namun DoS attack yang dialaminya satu bulan secara terjadwal (dari jam 8 – 16 WIB) dari lawan bisnis, kemudian DDoS attack tidak bisa ditangani dengan baik di sana. Firewall yang dipasang di masing-masing web server (Apache), cerita Natali, tidak berguna. “Load balancer-nya mati, padahal komunikasi dengan Amazon harus bayar,” keluhnya.
Frustrasi dengan perlakuan Amazon yang tidak memuaskan, tiket.com beralih ke penyedia jasa terbesar di tanah air, Biznet. Load balancer-nya dibuat sendiri. “Web server diganti dan masalah selesai. Serangan tidak tembus. Tapi Internet Biznet di Indonesia mati 40 menit, akibatnya tiket.com diblokir (oleh Biznet),” cerita Natali.
Karena ingin bisnisnya tetap berjalan, tiket.com kemudian pindah ke SoftLayer. Load balancer-nya berhasil di sini. Bisa pasang firewall. Lalu network di-upgrade ke 1GB. Tiket.com menggunakan 500GB webserver hard disk, yang kemudian diganti satu per satu dengan SSD (solid state drive) 64GB. “Tidak tambah mahal tapi lebih hemat karena lebih cepat. Sistem juga bisa dioptimasi sehingga sangat detil,” kata Natali. “Penghematan 10ms sangat berharga,” tuturnya.
Penghematan anggaran juga dicapai. Sebelumnya untuk menyewa bandwidth di Indonesia, tiket.com harus membayar 8 juta per bulan untuk 2MB. Padahal sekarang rata-rata bandwidth yang dipakai, kata Natali, 51MB/detik. Sekarang, dengan cloud di Singapura, ia mendapatkan gratis 5TB. “Lama ngabisinnya. Sekarang baru terpakai 2TB-an. Kalau mau hemat, bisa bikin load balancer lagi 10TB,” jelasnya.
Sementara untuk Bare Metal virtual, tarifnya jauh lebih bersahabat. “Satu core CPU, 100MB local disk, dan memori 1GHz US$ 59 per bulan. Public cloud-nya di-charger per pemakaian per jam,” jelas Kurnia.