
JAKARTA, PCplus – Selama ini EMC terkenal sebagai salah satu jagoan storage. Belakangan perusahaan yang dinakodai Joe Tucci itu itu juga ingin mengambil peran penting (dan revenue) dari hiruk-pikuk jasa cloud storage.
“Musuh utama EMC bukan lagi (pemain) di storage, seperti NetApp, IBM, HP dan lain-lain, tetapi Amazon Web Services. Ini perubahan radikal,” ucap Adi Rusli (Country Manager, EMC Indonesia) dalam media briefing di Jakarta tadi siang (13/2/2014).
Berbekal kemitraan dengan VMWare (80% saham VMWare dimiliki EMC) melalui produk Pivotal untuk enterprise-class cloud computing platform dan infrastruktur serta platform cloud computing CloudFoundry dari VMWare, EMC tanpa gentar menantang para pemain cloud storage provider, khususnya Amazon Web Services (selain HP Cloud, IBM SmartCloud dan lainnya). Hybrid cloud services (VCHS) public cloud milik WMWare, selain cloud storage miliknya sendiri, Atmos, dan Syncplicity, gencar ditawarkannya. Yang disebut terakhir adalah layanan sinkronisasi dan sharing file off dan on-premise yang gratis.
Di tanah air, Adi mengaku belum bisa menghitung potensi bisnis baru yang digariskan EMC global itu. Ia mengatakan belum mengetahui seberapa besar Amazon Web Services menggerogoti pasar (di Indonesia) karena penyedia jasa hosting tersebut belum menancapkan sendiri kukunya di negara kita.
Namun sebagai strategi pasar, kata Adi, EMC Indonesia akan menjalin kerjasama dengan sejumlah penyedia jasa cloud seperti Indosat dan Sigma yang bisnisnya terimbas langsung oleh keberadaan Amazon Web Services. “Untuk cegah atau isi kustomer yang mulai bergerak ke cloud,” kilah Adi.
“Juga akan ada link & match. Untuk bank multinasional yang akan masuk hybrid cloud tapi juga mau public cloud, kami coba match dengan Indosat,” tambah Adi tentang persiapannya menangkal Amazon Web Services di Indonesia. “Kami juga kerjasama dengan RackSpace yang di dalamnya pakai EMC. Dibandingkn Amazon Web Services dan Azure, investasi RackSpace paling kecil,” imbuhnya lagi.
Semua persiapan EMC Indonesia untuk masuk ke cloud services ini tidak serta-merta membuat jumlah SDM-nya bertambah. “Pertambahan resources akan melihat perkembangan. Sudah ada tim khusus regional untuk cloud provider. Bisa daftar jadi mitra bisnis EMC,” ungkap Adi.
Ladang lain yang juga akan digarap kian serius oleh EMC, tutur Adi Rusli, adalah software defined storage. EMC, kata Adi, ingin memampukan enterprise agar bisnisnya lebih didefinisikan oleh sofware. “Tapi kami tidak lari dari IT. Tetap infrastruktur, termasuk di network yang bukan ranah EMC,” jelas Adi