
JAKARTA, PCplus – Mungkin kamu tak begitu kenal dengan Software AG. Ia adalah perusahaan Jerman yang berfokus di software enterprise sejak tahun 1969. Software AG merupakan vendor software terbesar kedua di Jerman, keempat di Eropa dan masuk dalam daftar Top 25. Produk yang ditawarkannya berupa software infrastruktur bisnis, termasuk yang berbasis DBMS (database management system).
Beberapa tahun belakangan, Software AG sibuk berbelanja perusahaan untuk menambah portofolio produknya. Tahun 2011, ia mengakuisisi Terracota, perusahaan pemimpin dalam teknologi in-memory untuk aplikasi-aplikasi berkinerja tinggi dan layanan awan. Metaquark yang khusus berkutat di solusi mobile dicaploknya pada tahun 2013. Demikian juga penyedia platform awan AS LongJump yang menawarkan modul dan template jadi untuk membangun dan menjalankan aplikasi binsis di lingkungan awan publik atau private.
Alfabet, penyedia software di area Enterprise Architecture dan IT Portofolio Management yang fokus pada perencanaan dan optimalisasi lanskap TI juga tak luput dari daftar akuisisi Software AG tahun ini. Begitu pula Apama, penyedia platform untuk mendesain dan mengoperasikan aplikasi CEP yang menyediakan tool dan analisis grafis.
Semua itu diperlukan Software AG untuk menjawab kebutuhan pasar akan integrasi yang dipicu oleh empat tren – cloud, mobile, social media dan big data. Perusahaan ini menawarkan software dalam cakupan empat pilar: proses bisnis dan manajemen TI (ARIS, alfabet), integrasi dan otomasi proses (webMethods), big fast data (Terracota, Apama), dan transaksi (Adabas, Natural).
Software AG juga mulai menawarkan jasa Platform as a Service (PaaS), yakni Software AG Live. “Contohnya ARIS in the cloud, yakni portofolio perencanaan di awan. Tahun depan akan ada integrasi live di awan,” ungkap Dan Ternes (Chief Technology Officer, Asia Pacific and Japan, Software AG) dalam jumpa pers di Jakarta kemarin sore (14/11/2013).
“Saat ini yang dibutuhkan perusahaan adalah bertindak cepat untuk menangkap peluang dan menghindari masalah,” jelas Ternes “Kinerja big data menuntut pergeseran dari infrastruktur yang berpusat pada RDBMS. Tapi database, data warehouse dan Hadoop tetap penting,” kata Ternes.
“Perlu aksi pintar dari big data langsung ke dan dari mana saja. Kecepatan akses dan analisis data hanya bisa dilakukan jika data ada di in-memory, bukan di disk yang berputar,” jelas Ternes. Ia mencontohkan perusahaan telekomunikasi di Australia yang ingin para pelanggannya melakukan self-service dengan handphone-nya, dan bukan menelepon customer service demi menghemat biaya, tapi gagal karena proses untuk memindahkan data dari database terlalu lama, 30 – 45 detik. Padahal informasi ke setiap pengguna harus dilakukan seketika itu juga (live).
Secara khusus, kata Ternes, Software AG akan membesarkan pasarnya di kawasan Asia Pasifik dan Jepang. Dana lebih dari empat miliar Euro pun digelontorkan untuk membangun perluasan pasar, kemampuan dan kapasitas. “Kami akan mencari pasar baru, memperkuat portofolio dengan produk-produk seperti Apama, LongJump dan alfabet. Perluasan geografis dilakukan dengan mendirikan kantor baru di Australia (Brisbane dan Perth),” jelas Ternes sambil menekankan bahwa perusahaannya selalu bekerjasama dengan para mitra. “Ada 15 mitra baru tahun ini,” tambahnya.
Di tanah air, kustomer Software AG antara lain adalah bank Mandiri, Telkom, Astra Honda Motor dan SKK Migas. “Bank Mandiri memakai Software AG untuk membuat mobile payment yang selesai dalam beberapa bulan. Membuat payment gateway untuk perusahaan telekomunikasi dan utiliti,” kata Ternes.
Software AG, kata Ternes, juga bermaksud untuk membuka kantor perwakilan di Indonesia tahun depan.