Jakarta, PCplus – Jaman sekarang, banyak orang hobi sekali memotret makanan. Masuk restoran, pesan makanan, eh begitu sajian datang bukannya langsung disantap tetapi justru difoto dulu. Pakai smartphone biasanya. Berikutnya, foto-foto makanan itu diunggah ke Instagram, Facebook , dan situs-situs sharing lainnya agar semua teman ikut ‘menikmati’ dan tahu apa yang dimakan hari itu, lalu berkomentar.
Ini sebenarnya bukan kebiasaan yang baik. Kebanyakan melihat foto makanan, begitu riset terbaru dari BYU, justru akan merusak selera makan. Efeknya kurang lebih sama dengan seakan-akan kamu benar-benar sudah memakan makanan yang ada di foto-foto tersebut.
“Kamu menjadi bosan dengan rasanya bahkan tanpa memakan makanan tersebut,” kata profesor dan salah satu penulis studi BYU Ryan Elder. “Ini kejenuhan sensoris – kamu serasa mau pindah. Kamu tidak menginginkan pengalaman rasa yang itu lagi.”
Jadi kalau kamu di Instagram seharian melihat segala jenis kue yang teman-temanmu posting, kemungkinan kamu tidak akan mampu menikmati kue seenak dulu lagi.
Penulis lainnya Jeff Larson (Elder dan Larson adalah profesor pemasaran di Marriott School of Management BYU), mengatakan bahwa paparan berlebih (over-exposure) dari gambar-gambar makanan telah meningkatkan pemuasan orang. Pemuasan didefinisikan sebagai turunnya tingkat kenikmatan akibat makanan itu dimakan berulang-kali. Dengan kata lain, gigitan kelima dari sepotong kue atau empat jam bermain video game tidaklah senikmat (gigitan atau permainan) yang pertama.
Untuk mengungkap fenomena foto-makanan ini, Larson dan Elder mengundang 232 orang untuk melihat dan menilai gambar-gambar makanan. Dalam salah satu studinya, setengah peserta melihat 60 foto dari makanan manis seperti cake, truffles, dan coklat, sementara setengah lainnya melihat 60 foto dari makanan asin (keripik, pretzel, kentang goreng).
Setelah me-ranking setiap gambar berdasarkan seberapa menggiurkan tampilan makanan itu, setiap peserta menuntaskan percobaan ini dengan memakan kacang, makanan yang asing. Peserta kemudian me-ranking seberapa besar mereka menikmati kacang tadi.
Hasilnya, mereka yang telah melihat makanan-makanan asin kurang menikmati kacang tadi. Ini kendati mereka tidak pernah melihat foto kacang (yang dilihat makanan-makanan asin lainnya). Para peneliti mengatakan sensoris tertentu akan rasa asin mereka sudah terpuaskan.
Larson dan Elder, bersama penulis University of Minnesota Joseph Redden, menerbitkan penemuan mereka dalam Journal of Consumer Psychology.
“Jika kamu ingin menikmati pengalaman makan, hindari melihat terlalu banyak foto makanan,” kata Larson. “Saya pun merasa agak mual selama studi tadi setelah melihat semua gambar-gambar makanan manis yang kami miliki.”
Namun Larson mengatakan, jika kamu punya kelemahan akan makanan tak sehat tertentu, misanya coklat, dan ingin mencegah dirimu menikmatinya, kamu mungkin bisa melihat lebih banyak foto dari makanan tersebut.
Para penulis ini mengatakan bahwa efek ini akan makin kuat ketika kamu melihat makin banyak gambar. Jadi kalau kamu punya beberapa teman yang mem-posting-kan gambar-gambar makanan di jejaring sosialmu, sepertinya kamu tidak akan apa-apa jika tetap mengikuti mereka.
“Kamu harus melihat cukup banyak gambar untuk merasakan efek ini,” kata Elder. “Melihat sesuatu dua atau tiga kali tidak akan menimbulkan efek kepuasan tersebut.”
Wah ini kabar bagus bagi kamu yang suka memoto makanan dong. Jujur saja, pamer makanan lezat yang (akan) kamu makan kan keren, bukan begitu teman?