
JAKARTA, SENIN – Di Indonesia, merek ponsel ini cukup berkibar. Bahkan menurut catatan Kementerian Perdagangan, begitu kutip Edward Sofiananda ((Director, PT Aries Indo Global), ponsel merek Cross yang dirakit di Cina tapi milik perusahaan Indonesia ini duduk di peringkat pertama sekarang.
“Tahun lalu, terjual 16 juta unit, melampaui merek-merek lain,” kata Edward bangga. Sebulannya, tambah Janto Djojo (Chief Marketing Officer, Evercoss), Cross terjual 1 juta – 1,5 juta unit.
Sayangnya merek Cross tidak eksklusif untuk ponsel/smartphone besutan Aries Indo Global. Di luar sana, Cross lebih ternama sebagai merek ballpoint berkualitas yang hadir sejak 167 tahun lalu. Karena itulah, sulit bagi PT Aries Indo Global memasuki pasar Asean, apalagi internasional, jika tetap menggunakan merek Cross.
“Jika paten dengan nama Cross, pasti tabrakan di negara-negara lain, misalnya dengan produk ballpoint,” kata Janto Djojo (Chief Marketing Officer, Evercoss) dalam jumpa pers perubahan nama Cross di Jakarta akhir pekan lalu (20/9/2013). Maka merek Cross pun diubah menjadi Evercoss.
“Hari ini resmi Aries Indo Global yang punya produk Cross berubah menjadi Evercoss dengan slogan baru Go International,” tandas Janto. Ia mengungkapkan, pihaknya sedang mengajukan hak paten atas merek Evercoss di 10 negara Asean. Saat ini yang sudah keluar patennya adalah untuk negara Laos. “Evercoss adalah terusan dari Cross. Jadi tidak ada perubahan harga,” timpal Edward.
“Ini adalah gerakan strategis, untuk ekspor dan membangun pabrik,” kata Janto sambil menegaskan perusahaannya juga ingin ponselnya berjaya di negara-negara lain. “Kami sedang persiapkan bangun pabrik ponsel seluasa 8ha di sebelah pabrik motor Viar di Semarang. Juga masih ada tanah seluas 5ha di sebelahnya untuk ekspansi lagi,” urai Janto menunjukkan slide lokasi pabrik Evercoss. “Belum jadi, masih dalam tahap pengerjaan,” tambahnya.
“Mulai sekarang Evercoss akan merambah ke luar negeri sehingga pangsa pasar lebih luas,” tegas Edward. “Tahun depan mudah-mudahan sudah beroperasi,” tambahnya.
“Investasinya harus dihitung lagi. Disiapkan sekitar Rp 1 trilyun,” ungkap Edward tentang rencana pabrik ponsel dengan 10 jalur produksi tersebut. Dari pabrik yang akan menyerap sekitar 1000 tenaga kerja tersebut, diperkirakan sebulannya akan diproduksi 500 ribu – 600 unit ponsel, mayoritas ponsel papan bawah (low-end). “Untuk tahap awal sekitar 20% untuk ekspor, karena butuh waktu untuk membuat jaringan. Sekitar 200 ribu – 300 ribu untuk ekspor nantinya,” kata Edward.
O ya Evercoss tidak akan membuat sendiri semua komponen ponselnya. “Komponen sebagian masih diimpor. Kita belum mampu memproduksi semua di sini,” jelas Edward. “Komponen lokal di awal 20%. Casing bukan sesuatu yang susah. Keypad juga sudah bisa,” tambahnya.