JAKARTA, SENIN – Makin banyak pengguna smartphone di tanah air membuat teknologi 3G tidak lagi mencukupi. Maklum kebutuhan akan data makin besar. Mobile broadband tidak lagi semata-mata urusan SMS dan suara, tapi juga data yang juga terdiri dari video berukuran besar. Maka bagi banyak operator telekomunikasi di seluruh dunia, antara lain Cina, India, Jepang dan Singapura, 4G LTE (long term evolution) sudah menjadi jawaban.
Teknologi penerus 3G ini terbagi atas dua tipe: FDD (fixed division duplex) dan TDD (time division duplex). Menurut Mark Donelly (Director Marketing, Huawei Tech Investment Indonesia) dalam acara jumpa pers Indonesia ICT Carnival 2013 di Jakarta tadi pagi (20/5/2013), untuk negara kita yang pelanggan mobile broadband-nya banyak dan terus bertambah, TDD lebih cocok dibandingkan FDD. “TDD lebih efisien spektrum network-nya. Lebih cepat. Contoh paling gampang adalah download video yang tidak putus-putus,” kata Donelly.
Tapi apakah Indonesia siap beralih ke LTE? Ya, jawab Muhammad Budi Setiawan (MCIT, Director General of Resources and Equipment Post and Information Technology (SDPPI)). Budi Setiawan menegaskan, pemerintah sudah siap beralih ke LTE tahun ini juga.
Budi mengatakan, negara kita akan menganut konsep teknologi netral, yakni tidak berfokus pada teknologi tertentu, untuk 4G LTE. Ia berharap penerapan teknologi LTE TDD juga bisa menyediakan banyak lapangan kerja baru, selain memberikan tambahan pilihan bagi customer dengan harga yang terjangkau.
Dari sisi frekuensi, tambah Mohamad Rosidi (General Manager, Solution Marketing, PT Huawei Tech Investment), Indonesia sudah siap untuk melangkah ke LTE. Untuk LTE ini sudah tersedia frekuensi 2,3GHz. “Operator sudah siap, karena di operator ada Single RAN (radio access network), yakni satu kabinet bisa dipakai oleh teknologi 2G, 3G dan Enhanced 4G. Jadi sudah siap, tinggal (tunggu) regulasi dari pemerintah,” jelas Budi.
“Tantangan di Indonesia adalah ekosistem. Perangkat dan partner, mereka harus sudah melakukan benchmark,” tambah Rosidi. “Sebenarnya bukan tantangan, tapi menunggu waktu. Huawei punya chipset dan handset (yang mendukung LTE), tinggal tunggu yang mau memasukkannya ke handset di sini,” tambahnya. “Kunci TDD adalah transform,” tambahnya.
Di dunia, saat ini tersedia lebih dari 32 chipset TDD, antara lain dari Hisilicon, Qualcomm, Broadcom dan Intel. Sementara handset-nya ada 163 model, termasuk 20 smartphone (termasuk Samsung Galaxy S3/S4, HTC One, Huawei Ascend D2 dan Huawei Media Pad). Di seluruh dunia, LTE TDD telah mencapai komersialisasi global skala besar di kawasan BRICA (Brazilia, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan), Jepang, AS, dan lain-lain, dengan hadirnya lebih dari 700 TDD bersurat izin.
Pemimpin komersialisasi LTE TDD saat ini adalah Huawei yang meluncurkan 10 jaringan LTE TDD dari 14 jaringan di dunia. Dalam acara Indonesia ICT Carnival 2013, perusahaan Cina ini memamerkan produk solusi LTE TDD dan sejumlah perangkat pendukung, antara lain smartphone Ascend D2, tablet Media Pad 10 FHD, dongle Wi-FI Wingle E8278 dan router Wi-Fi E6776. Di Indonesia, tercatat 10 operator telekomunikasi menjadi pengguna solusi teknologi Huawei.