JAKARTA, SELASA – Ada laporan kurang menyenangkan datang dari Emerson Network Power yang bertajuk The CIO of the Future: Becoming a Business Game-Changer. Disebutkan bahwa nyaris setengah CIO (Chief Information Information) ternyata menganggap dirinya sebagai pusat pengeluaran atau penyedia layanan TI. Padahal mereka seharusnya berfungsi sebagai agen perubahan atau inovator strategis.
Hanya 10% dari para CIO yang memandang dirinya sebagai penggerak bisnis di masa depan yang kompetitif. Sejumlah 15% merasa diri sebagai rekan bisnis, sementara 26% lainnya mengaku sebagai kolaborator yang berpengaruh.
Kok bisa begitu ya? Penyebabnya, sebagian dari para CIO tersebut gaptek. Mereka tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi terbaru di era informasi ini. Padahal teknologi berputar dengan sangat cepat belakangan ini. Prosesor komputer misalnya, tak lagi diperbarui mengikuti hukum Moore dengan siklus dua tahunan, tapi bisa per kuartal. Smartphone apalagi. Sepertinya tiap bulan hadir yang baru.
Para CIO mengaku lebih sering menghabiskan waktunya untuk menyediakan layanan dan bukan menyiapkan rencana masa depan. Ini karena mereka mengidentifikasi 40 masalah yang sangat penting dalam peran mereka sebagai pemimpin TI di perusahaan.
“Sangatlah sulit menghindari rutinitas operasional sehari-hari, namun tren seperti media sosial, mobilitas, dan pengambilan keputusan berdasarkan data menjadikan TI semakin penting dalam menarik dan melayani pelanggan,” komentar Steve Hassel (President of Emerson Network Power’s Avocent business yang juga mantan CIO Emerson) dalam rilis persnya.
Untungnya, 79% dari para CIO di kawasan Asia lebih mengharapkan perubahan signifikan dari peran mereka dalam 5 tahun ke depan. Namun hanya setengah dari CIO di AS dan Eropa yang percaya peran mereka akan berubah secara signifikan dalam 5 tahun ke depan.
Dalam laporannya, laporan Emerson Network Power juga menggarisbawahi pentingnya anggaran inovasi sebagai salah satu cara untuk mengembangkan peran strategis dalam setiap organisasi.
O ya, laporan Emerson Network Power ini memuat tanggapan dari 560 CIO dan top eksekutif TI perusahaan-perusahaan dengan 500 karyawan atau lebih di Amerika Serikat, Amerika Latin, Eropa dan Asia.