Pengguna Linux yang sering melakukan backup dan sinkronisasi antar file maupun direktori pasti sudah tidak lagi asing dengan teknologi rsync. Teknologi yang dibuat oleh Andrew Tridgell dan Paul Mackerras pada tahun 1996 ini telah mendapatkan tempat yang dalam bagi para pengguna Linux, sampai-sampai memenangkan survei pilihan pengguna oleh LinuxJournal selama beberapa tahun terakhir.
Rsync benar-benar memanjakan pengguna dalam hal kelengkapan fitur. Sebut saja dukungan terhadap proses sinkronisasi file lokal maupun remote, SSH tunneling, sinkronisasi dengan mengambil hanya perubahan pada file saja (delta), dan didukung dengan kecepatan akses yang cepat menjadikannya salah satu tool yang selalu tersedia pada hampir seluruh distribusi Linux. Bahkan sebagian besar server repository yang ada di Internet saling berkoordinasi dalam hal sinkronisasi paket menggunakan tool rsync ini. Singkat kata, kehandalan dari tool ini sudah teruji dengan baik.
Rsync hadir dalam bentuk format command line interface, yang mungkin merupakan salah satu fitur yang kurang bersahabat bagi para pengguna baru, karena harus sering membaca halaman manual untuk mendapatkan kombinasi yang paling sesuai untuk kebutuhannya. Selain itu, perintah rsync hanya bisa dijalankan melalui terminal atau konsol.
1. Untuk membantu para pengguna yang belum terbiasa dengan teknologi rsync, bisa digunakann aplikasi GUI yang dibuat oleh Piero Orsoni yang diberinya nama Grsync yang dapat diperoleh dari situs http://www.opbyte.it/grsync/ (Gambar di atas). Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan pustaka GTK, sehingga dapat dengan mudah untuk dipasang pada komputer kita tanpa banyak membutuhkan pustaka lainnya, karena pustaka GTK sudah pasti ada di kebanyakan distro Linux.
2. Bagi para pengguna Slackware Linux, kamu bisa mendapatkan script SlackBuild untuk grsync pada situs http://slackbuilds.org/repository/14.0/network/grsync/. Tampilan utama dari program Grsync sendiri cukup sederhana, seperti pada Gambar.
3. Apabila kamu sering melakukan proses sinkronisasi secara rutin, maka ada baiknya untuk membuat sebuah profil terlebih dahulu. Silahkan klik tombol plus dan berikan nama session, misalnya SlackHacks. Masukkan alamat sumber dan tujuan pada kedua textbox yang tersedia. Apabila sumber dan tujuan merupakan repository atau file lokal, maka gunakan tombol Open.
4. Apabila kamu hendak melakukan sinkronisasi dengan sebuah repository yang ada di Internet sebagai sumber dan disimpan di komputer lokal, maka gunakan format rsync://domain:/path/to/file sebagai alamat sumber, misalnya rsync://slackbuilds. org/slackbuilds dan gunakan path lokal di bagian target, misalnya /home/willysr/Documents/slackbuilds. Pastikan bahwa kamu sudah menyertakan sebuah nama direktori untuk target, agar semua file diletakkan pada satu direktori tersebut.
5. Untuk melakukan simulasi terhadap pengaturan yang kita buat, gunakan opsi dry-run (tombol lingkaran biru bertuliskan “i”). Opsi dry-run akan mencoba melakukan simulasi dan tidak akan melakukan proses sinkronisasi yang sebenarnya. Apabila hasilnya sudah 100% dan berhasil dengan benar, maka kita bisa yakin bahwa konfigurasi yang kita masukkan sudah benar dan bisa kita lanjutkan dengan proses sinkronisas yang sebenarnya.
6. Gunakan tombol paling kanan dengan simbol roket untuk menjalankan proses sinkronisasi yang sebenarnya.
7. Apabila sudah selesai, maka kita bisa melihat hasilnya pada lokasi yang telah kita tentukan sebelumnya, yaitu pada /home/willysr/Documents/slackbuilds.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa rsync memiliki segudang opsi yang disediakan. Sebagian dari opsi yang ada sudah dipakai secara default pada grsync, namun bagi kamu yang hendak mempelajari opsiopsi lain yang tidak digunakan secara default silahkan untuk membaca halaman manual dari rsync dengan mengetikkan man rsync pada terminal/konsole.
Selamat bermain dengan rsync.
Naskah: Willy Sudiarto Raharjo ( willysr@gmail.com )