JAKARTA, SENIN – Perhatikan gadget-mu. Apa baterai yang digunakan di sana? Pasti Lithium-ion bukan? Ya, sudah lebih dari 20 tahun baterai Lithium-ion (Li-ion) hadir memotori beragam gadget yang kita pakai. Tipe baterai ini juga sepertinya belum akan tergantikan dalam waktu dekat.
Cuma, baterai Li-ion kini dapat saingan yang tak disangka-sangka. Bentuknya adalah garam dan gula. Para ilmuwan di Tokyo University of Science yakin bahwa baterai berbasis garam-gula bisa mengantarkan kapasitas energi 20% lebih tinggi dibandingkan baterai Li-ion yang ada sekarang.
Ternyata, gula yang dipanaskan dapat berubah menjadi serbuk karbon, yang dapat menambahkan kapasitas simpan dalam baterai sodium-ion. Lithium memang bisa ditemukan di beberapa lokasi di dunia, antara lain Argentina dan Cina, tetapi yang tersedia dalam jumlah besar tidak banyak. Sebaliknya, sodium mudah diperoleh dan tidak mahal. Jadi, baterai berbasis sodium-sukrosa tidak hanya punya daya yang lebih panjang, tapi juga lebih murah.
Baterai sodium-sukrosa masih belum dipasarkan saat ini. Tim yang membuat penemuan ini memperkirakan butuh minimal lima tahun sebelum baterai sodium-sukrosa mendapatkan konsumen. Itu pun bila penghalang terbesarnya bisa diatasi. Sebab, baterai baru ini kemungkinan punya siklus isi ulang yang lebih sedikit dibandingkan baterai Li-ion.