JAKARTA, JUMAT – Meski Facebook dan Twitter sama-sama menetapkan batas umur minimal 13 tahun bagi penggunanya, toh dari 41% anak-anak Indonesia yang berinternet, 78% memiliki akun Facebook dan 10% mempunyai akun Twitter.
Seperti yang mungkin bisa diduga, siswa kelas 6 SD terhitung paling aktif di kedua jejaring sosial tersebut dibandingkan adik-adik kelasnya. Tapi aktivitas anak-anak kelas 1 SD di social media juga cukup tinggi loh—mencapai 38% untuk Facebook dan 13% untuk Twitter. Sementara persentase anak kelas 6 SD di keduanya mencapai 86% dan 16%.
Yang tak kalah menarik, anak-anak yang berinternet di ponsel/smartphone lebih sering menggunakannya untuk mengakses Facebook dibandingkan mereka yang menjelajah dunia maya via laptop/netbook maupun desktop PC. Dan jumlah pengguna internet di smartphone ini cukup tinggi, mencapai 41%. Beda tipis dengan anak-anak yang memakai laptop/netbook (42%) dan tidak terlalu jauh dengan desktop PC (68%). Seperti halnya orang dewasa, bergaul di dunia maya rupanya juga jadi semakin mudah bagi anak-anak yang telah dibekali ponsel oleh orang tuanya.
Itulah beberapa hasil survei pasar yang digelar Gramedia Majalah sepanjang Februari-Maret 2012. Ada lebih dari 9.000 responden yang disurvei secara serentak di 9 kota di Indonesia, yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar—3.000 di antaranya anak-anak dan 3.000 pria.
Nah, seperti halnya anak-anak, pria di Indonesia juga tidak bisa lepas dari smartphone. Perangkat ini bahkan telah menjadi kebutuhan utama yang lebih penting ketimbang laptop/netbook dengan persentase 99% banding 66%. Sementara pengguna tablet PC baru mencapai 5%. Tapi soal mengakses internet, para pria rupanya tidak lebih sering menggunakan smartphone ketimbang laptop/netbook, karena persentasenya sama-sama 66%.
Pria di Indonesia juga ditemukan cukup setia dengan SIM card atau operator telekomunikasi yang digunakannya—68% mengaku belum pernah pindah ke lain hati. Sementara 12% mau beralih setelah memakainya lebih dari 3 tahun. Alasan kesetiaan ini mungkin lebih karena keengganan ‘me-reset’ jejaring yang telah dikumpulkan jika nomor ponsel tersebut diganti.