JAKARTA, SELASA – Muter-muter nyari tempat parkir adalah makanan sehari-hari banyak pengemudi di Jakarta. Namun sulitnya mencari tempat parkir ternyata bukan hanya terjadi di Jakarta, tapi di seluruh dunia, tak peduli apakah negara itu tergolong maju atau negara berkembang.
Cekcok akibat rebutan tempat parkir pun biasa dilakukan. New Delhi, Bangalore, Nairobi dan Milan adalah empat kota yang pengemudinya paling banyak bertengkar tentang tempat parkir. Sebaliknya, pengemudi di Chicago, Los Angeles, Stockholm dan Montreal tergolong sabar, tak mau berantem tempat parkir.
Begitu terungkap dalam survei Commuter Pain Index tentang perpakiran yang dilakukan IBM di 20 kota terhadap 8042 commuter di dunia. Dalam survei diuraikan , 30% kemacetan jalanan adalah akibat dari sulitnya pengemudi kendaraan mencari tempat parkir.
Mau tahu seberapa parahnya kesulitan mencari tempat parkir? Di Nairobi, pengemudi rata-rata perlu waktu 31,7 menit sebelum bisa menemukan tempat parkir. Bahkan 13% responden di Nairobi butuh 1 jam untuk bisa parkir. Sementara itu 31 – 40 menit dihabiskan 17% pengemudi di Milan dan Beijing dan 16% di Madrid dan Shenzen yang mencari parkiran.
Bahkan, lebih dari 50% pengemudi di 16 kota yang disurvei melaporkan menyerah, alias batal parkir. Ini diutarakan oleh masing-masing tiga dari empat responden dari Shenzen, Beijing, Nairobi, Singapura, Meksiko dan Madrid.
Dari 20 kota dunia itu, kota yang pengemudinya paling sulit mendapatkan parkiran adalah New Delhi. Singapura ada di urutan ke 97. Sayang kota Jakarta belum tercakup dalam survei tahunan yang dilakukan IBM tersebut.
Dampak dari sulit parkir bukan hanya jalanan yang macet, tapi juga hilangnya peluang dan layanan perkotaan yang tidak efisien, juga turunnya produktivitas. Selain itu, sistem parkir yang tidak efisien menyebabkan lebih banyak waktu terbuang, juga emisi karbon yang lebih tinggi.
“Pengemudi di seluruh dunia mengalami keputusasaan dan ketidaknyamanan – bukan saja pada saat mereka pulang-pergi ke tempat kerja, tetapi juga ketika mereka mencari tempat parkir,” tutur Suryo Suwignjo, Presiden Direktur, IBM Indonesia dalam siaran persnya.
“Ketidaknyamanan ini dapat mempengaruhi produktivitas masyarakat dan peluang ekonomis di suatu kota. Kemampuan untuk menggabungkan informasi transportasi dengan baik, memahami kebutuhan parkir masyarakat, dapat membantu pemerintah kota menyesuaikan persediaan parkir dengan kebutuhan masyarakat, selain mengantisipasi dan mencegah macet total serta mendayagunakan jalan tikus untuk mengurangi kemacetan.”