Kurangnya keterikatan pengguna henset Nokia dengan Ovi Store, bisa jadi salah satu penghambat kurang populernya toko aplikasi yang satu ini. Hal ini seperti diungkap Herry Setiadi Wibowo, pengamat teknologi seluler. Menurutnya, kurang keterikatan itumenjadi salah satu alasan Ovi Store masih kalah populer dibanding toko aplikasi OS lainnya. Hal ini berbeda jauh dengan pengguna Android dengan Android Marketnya maupun pengguna iOS dengan AppStorenya. “Coba saja survei kecil-kecilan, tanya yang punya hendphone Nokia, apa sudah pernah mendownload dari Ovi Store? Kebanyakan sih menjawab belum. Tapi coba tanya pengguna Android, mereka pasti pernah mendownload aplikasi dari Android Market,” tandasnya.
Pasar aplikasi memang tengah menjadi salah satu tren yang sedang hangat di kalangan vendor henset. Nokia sebagai pemimpin pasar yang sempat tak tergoyahkan beberapa waktu lalu, kini mulai kebat-kebit menghadapi persaingan dari para pendatang baru.Pendatang baru, semisal Android dan iOS ini, sukses menyalip Nokia, terutama di pasar smartphone. Tersedianya beragam aplikasi menarik pun menjadi salah satu nilai plus yang ditawarkan.
Mengantisipasi hal ini, Nokia pun menggeber pasar aplikasinya, Ovi Store.Di Indonesia, sejak tahun kemarin, Nokia pun mulai membentuk komunitas developer Nokia. Nokia Indonesia Community Enthusiasts (N.Ice). Lewat developer-developer lokal yang tergabung di komunitas ini, Nokia mencoba menciptakan ekosistem yang menguntungkan bagi dua pihak. Nokia diuntungkan dengan ketersediaan aplikasi lokal yang tentu punya nilai tambah bagi pengguna lokal. developer juga mendapat “lapak” berjualan yang tidak hanya berdomisili di nusantara, tapi menembus pasar global, seperti disebutkan Haryati Lawidjaja, Head of Ecosystem and Developer Experience, Nokia Indonesia.Sebab, siapapun di seluruh dunia, dapat engunduh aplikasi yang ditempatkan di toko aplikasi itu.
N.Ice juga berusaha menjaring minat-minat baru sebagai developer aplikasi dengan mengadakan lebih dari 40 seminar, workshop, dan kompetisi di 10 kota. Dari kegiatan tersebut, Nokia mengklaim berhasil mengumpulkan lbih dari 1000 aplikasi lokal yang telah tersedia di Ovi Store. Salah satu pengembang lokal yang populer di Ovi Store ini adalah Agate Studio. Aplikasi game mereka, seperti Urban Fat Burner dan Celestial Navigator, berhasil diunduh lebih dari 250.000 kali sejak pertama masuk ke Ovi Store pada Februari 2011, seperti dijelaskan Vincentius Hening, CMO Agate Studio.
Saat ini Ovi Store menyediakan beragam aplikasi untuk lebih dari 100 jenis henset Nokia. Mulai dari hendet Rp500ribuan hingga kelas smartphone. Nokia mengklaim bahwa toko aplikasinya itu menjadi nomor satu di Indonesia. Angka ini didapat dari jumlah pageview yang mencapai 13juta; 2juta kunjungan; dan 1,7juta unduhan perminggu. ecara Global, berdasarkan data Mei laalu, Ovi Store berhasil mengumpulkan 7 juta unduhan perhari. Namun, ternyata angka ini masih jauh dibanding angka unduhan App Store yang mencapai 13 juta unduhan perhari, seperti dilansir Okezone.
Kemudahan lain yang diberikan Nokia di toko aplikasinya ini adalah kerjasama yang dilakukan dengan Telkomsel, Indosat, dan XL. Kerjasama dengan operator ini memungkinkan pengguna untuk langsung mebeli aplikasi dengan memotong pulsa dari henset mereka. Aplikasi premium seperti Angry Birds, Farm Frenzy, Real Football Manager, dan EA Premium Games, semua dipatok seharga Rp5.000. Sementara Joiku Spot, game Gameloft dan EA berdefinisi tinggi, dipatok Rp10.000.
Usaha-usaha tersebut patut diapresiasi. Meski demikian, berusaha menjadikan Ovi Store sebagai referensi aplikasi bagi penggunanya, bisa jadi satu solusi yang bisa lebih mendongkrak popularitas pasar aplikasi tersebut.